Mencoba Untuk Merenung
Saya bukanlah Ustadz, ustadz fotocopy pun bukan, artikel ini semata mata karena tergelitiknya fikiran dan hati penulis dengan yang dilihat,di dengar dan dirasakan dalam ruang lingkup kehidupan penulis.
Sebagian besar dari kita beruntung di lahirkan dalam keluarga muslim, tapi sebagian kecil dari kita yang bertanya, apakah Islam saya islam turunan? Apakah saya akan menjadi seorang muslim jika dilahirkan dalam keluarga non-muslim? dan satu pertanyaan besar, apakah saya benar-benar muslim?
Hidayah adalah hak mutlak Allah, tapi manusia dianugrahi akal dan hati untuk membedakan dan memilih jalan mana yang hendak dituju. Sering penulis terpaksa harus bertanya, kamu muslim? Iman itu tidak terlihat karena tempatnya dihati, tentunya dari perbuatanlah manusia melihat sesamanya.
Parameternya sederhana, sholat adalah pembeda antara muslim dan non-muslim. Bagaimana jika seseorang tidak pernah terlihat sholat atau setidak-tidaknya pergi ke masjid atau mushola,tentunya saya terpaksa bertanya, "SAMPEAN MUSLIM??!"
"Saya muslim",jawabnya."Lihat KTP saya, muslim kan?"
Yang lebih mengherankan lagi banyak "muslim" yang malu menjadi muslim.Bagaimana tidak?Lihatlah di sekitar anda berapa banyak "muslim" yang terlihat muslim? Banyak orang nasrani dengan bangga mamakai salib dilehernya,bahkan sampai men-tato lengan atau punggungnya.
Mengapa harus malu? dan kenapa malu?
Parameternya sederhana, sholat adalah pembeda antara muslim dan non-muslim. Bagaimana jika seseorang tidak pernah terlihat sholat atau setidak-tidaknya pergi ke masjid atau mushola,tentunya saya terpaksa bertanya, "SAMPEAN MUSLIM??!"
"Saya muslim",jawabnya."Lihat KTP saya, muslim kan?"
Yang lebih mengherankan lagi banyak "muslim" yang malu menjadi muslim.Bagaimana tidak?Lihatlah di sekitar anda berapa banyak "muslim" yang terlihat muslim? Banyak orang nasrani dengan bangga mamakai salib dilehernya,bahkan sampai men-tato lengan atau punggungnya.
Mengapa harus malu? dan kenapa malu?
Setelah bertanya "Sampen muslim?",pertanyaan berlanjut "rukun islam itu apa dan ada berapa?",jawabnya adalah "geleng kepala".Semoga ini bukanlah anda dan tidak terjadi dengan istri,anak,cucu,keluarga saudara dan teman teman anda.Bagaimana bisa bangga menjadi muslim,kalau islamnya murni hasil warisan.
Pondasi sangat rapuh, tentu saja mudah roboh, diterpa badai informasi, komunikasi, hiburan dan tekhnologi yang sebagian besar mencabut kita dari akar ke-islaman, menjauhkan dari rindangnya ke-imanan, membodohi dengan angan-angan dan tipu daya,sampai sampai yang mengaku "muslim" terjangkit "islamfobia".
Bandingkan,berapa judul lagu yang kita hafal diluar kepala dan berapa surah Al-Quran yang kita hafal dengan terbata bata, sayapun dengat sangat malu mengakui jumlah lagu yang saya hafal tidak saya tahu jumlah pastinya,saking banyaknya, sementara Al Quran yang hafal diluar kepala hanya seputar Al Fatihah, Al ikhlas, Al falaq,dan An nas, sangat menyedihkan.
Sekali lagi, tidak ada maksud penulis untuk menggurui,penulis bahkan lebih bodoh dari anda, penulis hanya mengajak kita untuk merenungi dan semakin banyak belajar dan mempelajari Islam kita ini. Bangga menjadi muslim dan tentu saja berbeda dengan kafir,memulai dengan menegakkan sholat, dan selalu berusaha menuju tahap yang lebih tingi, menjadi manusia yang beriman, menjadi manusia yang bertakwa.Jangan sampai ada yang bertanya kepada kita,"SAMPEAN MUSLIM??!"
SEMOGA BERMANFAAT